Selasa, 08 Desember 2009

lagi lagi alay

Alay Cuma Istilah; Fenomenanya Ada Di mana-mana

informasi menarik tentang Alay.

Dua informasi baru yang saya dapat adalah:

1. Fenomena (mirip) ‘Alay’ tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di Jepang.
Adalah (istilah) “gyaru-moji” yang disebut untuk penggunaan gaya menulis populer di Jepang. Mirip dengan fenomena Alay, tren ‘gyaru-moji’ juga berawal dari SMS. Penulisan dengan gaya ini membutuhkan effort lebih besar daripada menulis dengan Bahasa Jepang biasa.

2. Istilah ‘Alay’ cuma pengganti untuk istilah ‘Anak Digit’
Di akhir tahun 90-an, ada istilah ‘Anak Digit’ yang digunakan pelajar SMA kelas ‘atas’ untuk menyebut pelajar SMA negeri kelas ‘bawah’. Ciri-ciri ‘Anak Digit’ kurang lebih sama dengan ciri-ciri Alay yang disebut-sebut banyak orang akhir-akhir ini:

*
Omongannya sok gaul dan (merasa) paling tau tentang musik (yang sebetulnya seleranya tertentu)
*
Duduk di pinggiran jembatan atau warung sambil jongkok
*
Bahan omongannya (mereka pikir) berat
*
SOK! (dalam segala hal)

Jadi “kebiasaan” menulis dengan gaya berbeda atau nongkrong di pinggir jalan bukanlah fenomena asing yang harus ditolak, dibuang, dibasmi, apalagi dicerca tapi dipampang besar-besar di hidup kita. Hal itu cuma keadaan sosial yang wajar, sebuah situasi pembeda yang mewarnai dunia.

Dan kalau memang Indonesia mau Unite, menjunjung Bhinneka Tunggal Ika, maju bersama, harusnya masyarakat Indonesia cukup terbuka untuk merangkul perbedaan itu sebagai pelengkap hidup bermasyarakat.

Kalau tidak suka, cuekin aja. Nggak perlu dibikin repot.

Kalau suka, ya akuilah. Nggak perlu jaga image di ruang publik tapi diam-diam menggemari fenomena yang sedang ngetren.

0 comments: